Ini adalah musim kedua Silva bersama The Citizens.
David Silva
Impian setiap pemain adalah mencetak gol untuk timnya. Namun, tidak
demikian dengan gelandang Manchester City, David Silva. Baginya,
membuat
assists sama nikmatnya dengan membuat gol.
Ini
adalah musim kedua Silva bersama The Citizens. Pemain 25 tahun itu kini
telah menjelma menjadi salah satu pemain terbaik Premier League.
Aksi-aksinya di lapangan terus menuai decak kagum.
Ia adalah
otak serangan utama ManCity saat ini. Tajamnya lini depan The Citizens
tak lepas dari 'kepintaran' Silva. Dari 14 laga musim ini, Silva mampu
menciptakan 8
assists.
Secara keseluruhan, dari 17 pertandingan musim ini, ManCity mampu
mencetak 53 gol. Ini artinya, dalam setiap pertandingan ManCity mampu
mencetak sekitar 3 gol.
"Sebenarnya, saya tengah menikmati
saat-saat terbaik saya sebagai pemain profesional. Misi saya di City
jelas, yakni mengkreasikan peluang untuk pemain depan. Musim pertama
untuk Tevez dan sekarang untuk Aguero yang merupakan penyerang utama
kami," kata Silva seperti dikutip
The Sun.Sergio
Aguero telah menciptakan 13 gol musim ini, sementara Edin Dzeko
mencetak 10 gol. Adapun Mario Balotelli sudah mencetak 8 gol. Menurut
Silva, tiap penyerang-penyerang itu memiliki karateristik berbeda yang
harus ia 'layani'.
"Untuk Tevez, saya memberinya kesempatan
menggiring bola sehingga dia bisa memanfaatkan kecepatannya. Untuk
Aguero, kuncinya adalah memberikan bola di berbagai area dan membiarkan
dia mencari ruang."
"Dzeko atau Mario membutuhkan bola yang
lebih terkontrol untuk memungkinkan mereka menembak. Tapi, saya harap
saya bisa bekerja sama dengan siapa pun dalam menyerang. Ini menjadi
kunci saya dalam 2 musim di sini."
Silva mengatakan,
kemampuannya membaca permainan tak lepas dari tangan dingin para
pelatih yang pernah membimbingnya di Valencia dan Timnas Spanyol. Dari
sana, ia mendapat banyak masukan berharga.
"Untungnya, saya
telah bekerja di Spanyol dengan pelatih yang berbeda. Mulai dari Quique
Sanchez Flores, Ronald Koeman, Unai Emeri, Luis Aragones, dan Vicente
del Bosque. Masing-masing memiliki gaya khusus, tapi Quique, Unai, dan
Mancini sangat mirip dalam ide-ide soal menghubungkan lini tengah ke
lini penyerangan," imbuh Silva.